Traveling ke Bagan Myanmar: Ancient But Magnificent (Part I)


KE Myanmar? Jangan lupa ke Bagan. Bagan, yang terletak di Divisi Mandalay, dulunya bernama Pagan. Kota kuno yang dibangun abad ke-9 sampai abad ke-13, sebelumnya dijuluki Arimaddanapura atau Arimaddana dan juga disebut Tambadipa atau Tassadessa.  

Bagan dibangun saat era Kerajaan Pagan, cikal bakal bangsa Burma. Dari masa Kerajaan Pagan itulah lebih dari 10 ribu kuil-kuil dan pagoda didirikan. Menurut cerita warga lokal setempat membangun kuil adalah melakukan kebajikan dan agar diberkati.

Tapi sayangnya sejak puluhan tahun lalu wilayah ini beberapa kali diguncang gempa. Gempa bikin sejumlah candi dan pagoda porak-poranda. Terakhir, akhir 2016 gempa cukup besar menggoyang Myanmar dan meruntuhkan sejumlah stupa pagoda yang besar dan sakral di wilayah Bagan...;(

Saat ini hanya tersisa sekitar 2.200 kuil dan pagoda di situs arkeologi Bagan. Bagan menjadi magnet turis asing dan jadi destinasi yang mengangkat pariwisata negara yang dijuluki Golden Land, Myanmar. Saat gw ke sana Maret 2017 kebanyakan memang turis Eropa yang berkunjung ke Bagan. 

Bagan in the morning

Nah di tulisan ini gw mau berbagi cerita perjalanan gw ke kota kuno yang eksotis ini. Setelah city tour di Kota Yangon Selasa (18/3/2017) kami bergegas ke Aung Mingalar Bus Station di pinggiran kota Yangon. Dari hostel kami menginap, ke terminal bus ongkos taksi sekitar Rp80.000. 

Kalau mau ke Bagan ada dua moda transportasi yang bisa diakses. Pesawat terbang dari Bandara Yangon atau bus malam. Ada beberapa maskapai yang menerbangi Yangon ke bandara Nyaung U (ibu kota Bagan). Semuanya milik maskapai lokal. Di antaranya Air KBZ, Air Bagan, Asian Wings Airways sama Myanmar Air entah apa saya lupa. 

Tapi jangan heran, harganya cukup mahal. Dari Yangon Airport ke Nyaung U Airport sejutaan lebih. Dan biasanya kalau mau booking di agen tiket langsung atau kantor cabang maskapai itu. Penerbangan dari Yangon ke Bagan cuma sekitar 1 jam. Pesawatnya pesawat perintis gitu.

Karena tiket pesawat lebih mahal (ketimbang tiket gw dari Yogya-Yangon, PP heheu)  kami sepakat memilih naik bus malam. Dari Yangon tiap hari ada jadwal bus ke Bagan. Ada beberapa perusahaan otobus yang menjangkau Bagan. Rata-rata berangkat sore atau malam hari dengan waktu tempuh sembilan jam. Wow..

Naik Bus Malam
Gw dan Gilang sudah browsing dan hunting tiket bus menuju Bagan dari sebulan jelang keberangkatan. Dari rekomendasi traveller di sejumlah blog dan forum, bus yang paling recomended adalah JJ Express. Sebaiknya jangan beli on the spot karena takut sold out. Ada beberapa laman yang menjual tiket bus online kok. Ke Bagan dan Mandalay. Atau jika kalian punya waktu longgar liburan di Myanmar, hotel-hotel juga bisa bantu pemesanan tiket bus ke Bagan, Mandalay atau Golden Rock.

Karena waktu itu tiket bus JJ Express di laman pemesanan online di tanggal kami mau ke Bagan habis, kami coba peruntungan dengan kirim pesan ke Facebook JJ Express. Dan dibalas! Dengan harga yang kalau dirupiahkan Rp250 ribu one way, kami pun hanya diminta data nama dan nomor passport calon penumpang. Beli deh tiket PP langsung. Eh, beruntungnya kami disuruh bayar langsung di pool saja jelang berangkat. Done.. Tiket bus malam aman. Kami pilih waktu keberangkatan yang jam 20.00.

Di hari kedua kami di Myanmar, setelah makan di KFC kami langsung menuju terminal bus pukul 16.00 takut kena macet. And thanks god, cuma 45 menit kami sampai dan diantar ke pool JJ Express. Sambil menanti keberangkatan bus kami diberi kopi gratis dan bisa akses WiFi di pool JJ Express. 

Oh iyak ada yang lucu. Jadi pas kami masuk taksi, drivernya mendengar kami berbincang dan tanya dari mana kami berasal. Kami bilang dari Indonesia dan dia girang. "Pantesan bahasa kalian tidak asing di telinga saya. Saya tiap malam nonton saluran TV Indonesia, Trans TV" kata dia pakai bahasa Inggris.

Om driver ini kagum benar dengan Indonesia. Dan kata dia, Indonesia is a great country and so lucky to have great President Mr Jokowi. Dia juga minta diputarkan lagu-lagu penyanyi Indonesia lewat sound di taksi dia. Nah Gilang pun menghadiahi playlists lagu di HP-nya untuk dicolok ke speaker taksi doi. Kami juga cerita banyak dan berteman di Instagram. Ahhh...Burmese are always friendly and kindly..Sampailah kami di terminal Aung Mingalar Bus Station.

Pool-pool bus di Aung Mingalar Bus Station
Jam 19.30 malam kru bus mulai memanggil kami. Bus untuk luar kota di Myanmar bagus-bagus dan modern seperti bikinan Volvo, Mercedes dan lain-lain. Beda banget sama bus kota Yangon yang jadul-jadul. JJ Express ini ada krunya semacam pramugari. Formasi kursi 2-1 dengan kursi yang bisa disandarkan, kaki diselonjorkan dan dapat selimut plus snack dan air mineral.

Jangan lupa pasang seat belt alias sabuk pengaman karena busnya tinggi jadi kita wajib pakai itu kalau enggak mau terombang-ambing waktu ngebut dan melewati kelokan. Lol..

Saat itu bus penuh dan mayoritas ditumpangi turis asing dan lagi-lagi isinya orang Eropa. Ada yang dari London, Perancis, Denmark dll...Jauh ya..Dan gw nggak beruntung ketemu orang Indonesia...

Bus bakal berhenti dua kali untuk pipis dan makan. Di sepanjang jalan gelap gulita. I felt like i was in the middle of nowhere.. Karena perjalanan sembilan jam kami memilih minum obat tidur. Dan tadaaa..pukul 05.30 kami sampai di Terminal Nyaung U yang kondisinya lebih baru dan modern ketimbang Aung Mingalar Bus Station.

Diserbu Sopir Taksi
Nah, begitu kita tiba di terminal Nyaung U Bagan, siap-siap aja diserbu sopir taksi dan andong yang bakal menawarkan jasa sewa transportasi. Harga yang mereka tawarkan rata-rata cukup tinggi apalagi kalau ingin diantar langsung ke spot sunrise. Ada yang Rp250 ribu, sampai Rp500 ribu. Pheww!!!

Triknya, pasang aja muka tselaw. Seolah-olah enggak butuh. Biasanya semakin siang harganya bakal turun dengan sendirinya. Oh ya, hotel kami sebenarnya dekat banget sama terminal bus. Kalau jalan kaki sekitar 15 menit. Tapi pagi itu masih gelap. 

Setelah berdiskusi bareng partner gw, akhirnya kami putuskan untuk sewa horsecart alias andong menuju spot sunrise terdekat. Pertimbangannya khawatir esok paginya mendung dan gagal lihat sunrise dan Ballon Over Bagan yang wow itu. Karena "gong" nya Bagan, ya ada di sunrise dan melihat balon udara terbang di atas ribuan candi.

Setelah tawar menawar akhirnya kami sepakati sewa andong Rp80 ribu untuk mengantar ke spot sunrise dan hotel. Tuk tak..tuk..tak..tuk...Wow, pagi-pagi buta kami naik andong dan masuklah ke area Old Bagan. Oh iya untuk masuk ke Bagan turis asing wajib bayar USD 25 atau 25.000 Kyat alias Rp250 ribu. 


Sewa horsecart di Bagan
Nanti begitu mau menuju Bagan, ada pos kecil di kanan jalan. Lalu kita turun beli tiket masuk Bagan Archaeological Zone (valid for five days from date of issue. ..). Kalau pas masuk area Bagan dan ditanya petugas tinggal tunjukin tiket itu. Tapi pas kami ke sana enggak ada tuh yang ngecek-ngecek..

Tiket masuk ke situs wilayah Bagan
Setelah bayar fee entrance kami lanjut perjalanan ke Old Bagan. Mulailah tampak kuil-kuil dan pagoda di kanan kiri dan kami bersorak kegirangan kayak orang kampung. Hahahaha

Dan bapak kusir andong menurunkan kami di spot yang ternyata cukup dekat. Aaaand tadaaaaa...We got an amazing view from the top of pagoda. Balon-balon udara yang mulai beterbangan dan ditumpangi turis asing mulai menghiasi langit Bagan di kala sunrise..What a breathaking sunrise view i ever seen in my whole life...Still could not belive i've been there...i feel blessed so much..!!!!

Buat kalian yang banyak duit boleh lah naik balon untuk menikmati eksotisme Bagan..Operator Balloon Over Bagan rata-rata dari Inggris dan biayanya sekitar Rp3,5 juta per orang.Pemesanan bisa dilakukan secara online. 

Bagi kami traveller nekat ini, menikmati Balloon Over Bagan dari bawah saja sudah worth it dan girang beudd kakak..;)

First sunrise in Bagan
Setelah satu jam kami menikmati sunrise pertama di Bagan, akhirnya kusir andong mengantar ke Bagan Emerald Hotel tempat kami menginap. Di Bagan sudah banyak hotel dan resort berdiri. Beberapa kali bahkan gw lihat sejumlah hotel baru mulai dibangun di berbagai titik.

Di Bagan Emerald Hotel kami dapat harga sekitar Rp400 ribu semalam, pesannya di booking.com. Harga normalnya bisa sampai Rp700.000 bahkan. Tapi kami sarankan kalian untuk menginap di New Bagan atau di Kota Nyaung U. Karena kota banyak resto, kafe dan fasilitas lain. Hotel kami bener-bener jauh dari peradaban susah buat cari makan. Beli minum saja susah. Sementara makan di hotel mahal dan hitungannya pakai USD..Uh lala...

Sesampainya kami di hotel sekira pukul 08.00 kami tertawa. Pihak hotel rupanya memberi sambutan khusus bagi tamu berupa tulisan di papan depan hotel dan menyebut satu demi satu tamu yang akan menginap hari itu.


Got special welcome from Bagan Emerald Hotel
"A Special Welcome to : guests disebut satu-satu termasuk Ms Ikrar Gilang Rabbani". Temen gw ketawa karena di penyambutan disebut "Miss.." Yay...Ngakak lah kita kak...

Dan beruntungnya kami kala itu, pihak hotel memperbolehkan check in lebih awal. Padahal seharusnya check in dilakukan pukul 12.00. Got bonus..

Oke, usai naruh-naruh barang, temen gw berenang di hotel sementara gw cuma duduk ngopi dan merokok menikmati udara pagi Bagan yang sudah mulai hot kayak Kendall Jenner...(apadeh...)

Bagan cuacanya panas bener di bulan Maret. Suhunya sampai 40 derajat celcius. Jadi jangan lupa bawa sunblock. Setelah berenang kami memutuskan untuk tidur barang sebentar, selanjutnya keliling Bagan berburu sunset selepas jam 2 siang biar agak adem.

Sewa E-Bike 
Setelah tidur siang, makan siang di hotel kami pun berencana eksplor Bagan sambil hunting spot sunrise yang oke buat besoknya. Kami sewa e-bike alias sepeda listrik dari hotel. Harganya Rp120 ribu untuk setengah hari. Di Bagan orang asing tidak diperbolehkan naik motor. Jadi hanya boleh bersepeda, naik e-bike atau sewa horsecart keliling Bagan. Kalau mau bergaya klasik dan asyik ya sewa horsecart dengan harga sekitar Rp250 ribu per andong.

So perjalanan dimulai. Dengan geli-geli bingung kami menyusuri Bagan dengan mengendarai e-bike di lajur kanan. Agak serem tiap ada kendaraan nyalip dari belakang mereka selalu membunyikan klakson dan tambah bikin grogi. Belum lagi kalau ketemu persimpangan jalan ngeri kalau salah ambil jalur...

Saat musim panas Oktober-Maret Bagan so dusty alias debu-debu dimana-mana. Tapi bulan-bulan itulah waktu terbaik mengunjungi Bagan.  Jadi siapkan masker gaes...Kalau sudah masuk April bakal hujan jadi kurang oke untuk menikmati Bagan.


Naik e-bike keliling Bagan
Kami bener-bener seperti Dora. Keliling Bagan bermodal peta. Secara enggak beli kartu telekomunikasi Myanmar. Jadi skip the screen a while dan prefer tanya sana-sini sekalian berinteraksi dengan warga lokal. Kami cuma berbekal peta dari hotel. Ketika mulai bingung menemukan pagoda-pagoda ternama kami tanya ke penduduk lokal. Mostly orang lokal sana "ngeh" bahasa Inggris. Tapi kadang ada juga yang enggak biasa ngomong bahasa Inggris so pakai body language-lah kami berkomunikasi...Inilah serunya jalan-jalan ke negeri orang. Drama-drama perjalanan dan tersesat itu jadi bumbu yang lezat and unforgettable...hahaha!!!

Di Bagan sedikitnya ada 20 pagoda yang sakral. Di antaranya Ananda Temple, Shwezigon, Damagangyi, Sulamani, Shwesandaw, Htilo Minlo, Bu Phaya, Buleti dan lainnya. Lebih jelasnya lihat di peta...


Peta Bagan (source: Google)
Bagan terbagi jadi tiga zona yakni New Bagan, Old Bagan dan Nyaung U alias Nyaung Oo ibu kotanya. Nah hamparan pagoda dan kuil yang usianya ribuan tahun itu ada di Old Bagan. Tapi enggak terlalu susah dijangkau. Dari tempat saya menginap hanya butuh waktu 30-40 menit naik e-bike yang kecepatannya 40 kilometer per jam. Huahahahah...YOLO!


The ancient city, Bagan
Tapi sayangnya view pagoda dan kuil di Bagan pas kami ke sana kemarin sedikit kurang sempurna. Karena pascadiguncang gempa akhir 2016 stupa-stupa candi besar runtuh, termasuk Ananda Temple, Shwezigon dan Damagangyi juga. Puncak pagoda dipagari besi atau terpal karena dalam proses renovasi. Syedih...

Sambil menyambangi candi penting dan mencari spot sunrise untuk esok hari kami pun menyusuri jalanan berbekal peta. Hmmm...Bagan is magically ancient but magnificent...


So peaceful...
Berburu Spot Sunrise
Kami menelusuri jalan utama beraspal, masuk ke jalan-jalan tanah dan menyusuri area Old Bagan siang itu. Misinya selain mengeksplore keindahan bagan juga ingin mencari spot-spot sepi tapi kece buat catching sunrise di Bagan. 

Kami pun masuk ke Ananda Temple dan naik ke Shwesandaw Pagoda yang tinggi banget itu. Oh iya jangan lupa, kalau mau masuk pagoda-pagoda sakral itu pakai baju sopan (celana pendek harus menutupi lutut) dan sepatu atau sandal dilepas.  Masuk ke temple-temple itu enggak bayar.

Jadi geng, ada sejumlah spot yang sangat populer dan hits buat menikmati sunrise. Contohnya most favourite for sunrise spot are Shesandaw Temple, Law Ka Ou Shaung, Buleti dan beberapa lainnya. Ada di peta yang kita dapat di Bagan.


Good travelmate, great place...Taken at Shesandaw Pagoda

Tapi jangan salah. Di spot-spot itu sangat penuh sesak ketika pagi hari atau sore hari karena banyak turis akan menuju candi itu untuk menikmati sunrise khususnya. Sebagai contoh di Swhesandaw Temple. Ya sik view-nya kece, tapi kalian enggak bisa gerak leluasa untuk foto-foto narsis karena crowded. Tiap pagi candi itu penuh ratusan manusia yang sudah mengambil posisi di atas candi. 

Ancient but magnificent..

So jika kalian ingin menikmati candi lebih leluasa carilah referensi spot yang bagus tapi enggak banyak orang tahu. Makanya kami survei sehari sebelumnya untuk menemukan "secret temple" dimana turis enggak banjir di situ.

And again we got a good luck. Pas tersesat ketika beburu spot sunrise kami bertanya kepada penduduk lokal. Eh beruntung kami ketemu orang lokal dan dia menawarkan diri untuk mengantar kami ke candi-candi populer dan bonusnya mengantar kami ke "secret temple" yang kece buat lihat sunset dan sunrise. 

(There is no way to happiness; Happiness is the way by Gautama Buddha)
Well done, dari bantuan Abang Burmese (entah sapa namanya gw lupa) kami diantar ke spot yang dia maksud. Dan lumayan lah, jaraknya tidak jauh dari jalan raya. Kami naik ke atas temple melalui lorong-lorong gelap di dalam candi. Kami harus pakai senter kalau enggak, tamat deh, tuh lorong ke atas candi gelap dan curam cin..

And Voilaa...kami pun sampai di puncak candi dan menanti matahari tenggelam dari langit Bagan. Kami banyak cerita dengan Abang Burmese yang mengantar kami itu. Bonusnya gw kasi rokok Sampoerna Mild yang gw bawa buat dia. And definitelly he could speak English very well dan dia juga seorang pelukis. 

Sunset is literally my favourite moment..And thanks for million God, i got breathaking sunset in Bagan on that day...View di atas candi yang jadi spot gw ini benar-benar keren buat lihat matahari tenggelam. Di depan kami ada hamparan candi, ada sungai Irrawady dan Mount Popa nun jauh di sana yang menambah kesempurnaan view sunset sore itu..

Matahari yang terlihat bulat sempurna mulai berubah warna menjadi orange memerah. Langit mulai gelap and then sekira pukul 18.00 sang mentari perlahan tenggelam di balik bukit di belakang Mount Popa... Rasanya terharu geng...Mungkin kalau kalian datang bersama orang tercinta, belahan hati, belahan jiwa and etc etc bakal lebih romantis...Gw aja sama Gilang cuma saling memandang dan bilang Wowww...Romantically sunset over Bagan i ever seen..


My breathaking sunset in Bagan
Setelah sunset kami pulang ke hotel dan mampir di resto Thailand di daerah New Bagan. Di sepanjang jalan banyak resto dan kafe kok. Dan beruntung kami singgah di resto itu karena makanannya enak dan harganya murah...

Well tulisan gw saat sunrise view di Bagan bakal ada di bagian dua geng di sini ....Selamat mencermati dan tertular virus piknik ke Bagan yes......


Bagan Emerald Hotel at night

Since the day i came, i was falling in love with you Bagan....I wish i will be here again cos theres no same journey and story even in the same place....;(( (baper)






Komentar

  1. Masih inget nama secret temple nya nggak? Pengen juga nih enjoy sunset tanpa mesti rebutan

    BalasHapus
  2. bayar jj expressnya bisa di pool gmn ya. apakah di email sm jjexpress nya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petualangan 18 Jam ke Pagoda Paling Sakral di Myanmar, The Golden Rock

Pesona Kota Yangon: Old But Gold....