Petualangan 18 Jam ke Pagoda Paling Sakral di Myanmar, The Golden Rock



TANPA terasa sudah hari kelima kami menjelajahi negara dengan julukan Golden Land, Myanmar. Jumat (17/3/2017) setibanya dari Bagan menumpangi bus malam, pukul 05.30 pagi kami tiba di Aung Mingalar Bus Station di pinggiran Kota Yangon. 

Hari itu kami harus melanjutkan petualangan menuju pagoda paling sakral di Myanmar, Kyaiktiyo Pagoda or well known as Golden Rock. Bus menuju Golden Rock yang terletak di Kyaiktiyo, Mon State akan berangkat jam 8.00. Tiket bus seharga 8.000 Kyat alias sekitar Rp80.000 sudah kami pesan di hostel kami menginap di Yangon beberapa hari lalu sebelum berangkat ke Bagan.

Tapi waktu itu kami gagal mendapatkan tiket bus Win Express yang banyak direkomendasikan traveller di sejumlah forum. Cuma tiket pulang saja pakai Win Express sementara berangkatnya kami naik Yoe Yoe Lat bus dan beli lewat hostel. 

Karena pertimbangan waktu terlalu mepet jika balik dulu ke hostel tempat menginap, Backpacker Bed and Breakfast, kami putuskan langsung saja menuju pool bus Yoe Yoe Lat yang ada di dalam kompleks terminal. Kami enggak sempat mandi. Cuma nebeng cuci muka, bersih-bersih badan dan ganti baju di pool JJ Express setibanya dari Bagan. 

Foto bareng warga lokal penjual di terminal..lucu dan lugu
Sambil menanti bus berangkat kami singgah dulu di warung kopi dekat pool bus. Nah kalau ke Golden Rock nih, enggak banyak turis asing seperti jika kita mau ke Bagan atau Mandalay. Mayoritas penumpang adalah orang lokal Myanmar yang juga akan beribadah di Kyaiktiyo Pagoda. Ada sih beberapa turis asing Eropa tapi bisa dihitung jari. 

Setelah menanti sekitar dua jam, bus berangkat pukul 08.30. Busnya cukup enak dengan fasilitas AC, bantal kepala dan selimut meski cuma 3,5 jam perjalanan. 

Flashback dulu ya sebentar. Gw jadi ingat peribahasa "tak kenal maka tak sayang". Kalau gw nggak tahu Golden Rock dari soulmate gw yang orang Myanmar, mungkin enggak bakal semesta membawa gw kemari. Jadi ceritanya teman gw itu akhir 2015 balik ke negaranya Myanmar. Lazimnya budaya sana, akhir tahun biasanya para penganut agama Buddha akan menyambangi Golden Rock untuk doa dan berdonasi. 

Soulmate gw inilah yang membuat saya melek tentang Myanmar termasuk the sacred temple in Myanmar, Golden Rock. Waktu ke Golden Rock bareng keluarga besarnya, dia banyak cerita soal Golden Rock dan mengirimi gwfoto-foto perjalanannya. Bahkan dia menulis di secarik kertas sebuah invitation sekaligus motivasi biar gw main ke negaranya itu dan mengunjungi Golden Rock. Well done, u did a good job darla. And i visited ur country and been to Golden Rock already.

Tapi sayangnya, pas kami ke Myanmar dia lagi sibuk garap thesis buat kuliah S2-nya di Bangkok. So, she could not join and accompanied me and also Gilang explore Myanmar. But it's Ok. Coz we were fine and really enjoyed Myanmar.

Oke balik lagi ke perjalanan yang penuh drama sport jantung ya gaes. Di perjalanan gw menuju Mon State, karena pagi hari, jadi ini waktu yang tepat untuk melihat pinggiran Myanmar dari dekat. Gw nggak mau tidur karena pengen tau bagaimana kondisi kehidupan Myanmar pinggiran.

Sebagian besar permukiman masih berupa rumah panggung, berbahan kayu dan beratap semacam ilalang. Di wilayah bagian negara Myanmar ini banyak sawah. Tapi bentuk sawahnya tak beraturan. Saya jadi ingat perjalanan ke Belitung beberapa waktu lalu. 

Gw membatin, apa kabar mereka dulu ya, ketika Myanmar masih benar-bebar tertutup dari negara asing dan dipimpin junta militer. Bayanginnya saya merinding sekaligus kasian. Dan saya merasa bersyukur bahwa saya tinggal di Indonesia. Ya di Indonesia juga masih ada wilayah yang terbelakang. Tapi kan jaraknya ribuan kilometer dari pusat pemerintahan di Ibu Kota. Seperti di pedalaman Kalimantan atau Papua barangkali. Lha ini cuma beberapa jam sudah sangat kontras. 

Sementara di Kota Yangon sekarang sudah mulai berkembang dan maju. Sejumlah mal sudah berdiri megah. Seperti Myanmar Plaza. Hotel bintang juga banyak yang mulai berdiri di kota. Ada KFC juga yang mulai buka di sejumlah tempat akhir 2015 lalu. Investasi asing mulai masuk. Penerbangan internasional juga banyak seperti Qatar Airways, Emirates, Cathay Dragon, All Nippon Airways, AirAsia, Bangkok Airways, Thai Airways, Nok Air, Singapore Airlines, Vietnam Airlines, Malaysia Airlines dan lainnya. 

Setelah 3,5 jaman perjalanan sampailah kami di pool bus. Dari pool ini kami harus menuju Kinpun alias terminal truk yang mengangkut orang ke Golden Rock. Jadi ya kalau kalian sewa mobil pun harus tetap berhenti dan naik truk di Kinpun menuju Golden Rock. 

Truk di Golden Rock
Penduduk lokal pun demikian. Meskipun mereka bawa mobil mewah sekalipun tetap ujungnya kudu naik truk yang didesain khusus dan hanya itu yang bisa menuju Golden Rock di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut. 

Begitu tiba di Kinpun kita bakal lihat truk-truk dengan kursi sejajar dan pegangan besi di tiap pembatas kursi. Dari hasil gw nguping guide lokal yang bawa serombongan turis Rusia, truk-truk pengangkut penumpang ke Golden Rock vendornya dari perusahaan asal Malaysia. Truk didesain khusus biar bisa naik turun menuju tanjakan dan tikungan curam yang buat gw enggak masuk akal.


Dengan harga tiap penumpang 2.000 Kyat alias Rp20 ribuan untuk kursi di belakang dan 3.000 Kyat untuk kursi depan samping sopir, kami langsung naik berebut kursi bareng penumpang lain. Oh iya bayarnya nanti ternyata di tengah jalan pas berhenti nunggu giliran papasan sama truk lain.

Aaaaaand here we go, truk mulai jalan memasuki jalanan beton menuju Golden Rock. Awalnya biasa aja. Sekitar 15 menit jalan,  truk berhenti sekitar 10 menit. Ternyata truk harus berhenti untuk memberi jalan truk lain yang berlawanan arah karena tidak memungkinkan berpapasan. Cara mereka mengatur lalin truk pakai handy talky (HT). Ada pos-pos pemberhentian untuk jeda persimpangan ini. 

Di saat itulah kondektur akan meminta bayaran ke penumpang. Naaaah ini dia uji adrenalin dimulai setelah pemberhentian pertama. Truk mulai berjalan, melewati tanjakan dan Tuhankuuuuu...roller coaster style dimulai. Itu turis-turis Rusia yang ada di samping dan belakang gw cerewet banget, heboh sendiri pas perjalanan sudah memasuki tebing dan tanjakan curam dan sangat menukik. Mereka sangat excited.

Astaga! Gilaaa teriak gw. Truk sering melewati tanjakan curam dengan tikungan yang sangat menukik dan pendek!!!! Sementara di sisi kanan kiri tebing geng!!!!

Keren aja ini abang sopir truk. "Gw penasaran sama abang sopirnya pingin gw ajak kenalan dan salaman. Hebat benar dia" ucap gw ke Gilang. Sering gw nahan nafas ketika di depan ada tanjakan tajam dan harus belok kanan kiri dengan tikungan curam dan menukik. Sayang gw enggak bisa merekam video pas menanjak karena takut kamera terhempas manja cuma empat merekam pas jalan pulang.



Yasalam aja lah kalau truk ini macet di tengah tanjakan dan terjun bebas, batin gw. Gw bisa mati di negeri orang, diliput media internesyenel dan pulang diantar Dubes Indonesia si Myanmar (amit-amit yak). Itulah mengapa hanya truk-truk khusus itu yang bisa naik sementara mobil biasa hanya sampai di Kinpun. Jalan menuju Golden Rock bener-bener menguji nyali!!! Tapi seru banget!!! 

Oke setelah sekitar 45 menit menuju puncak kami sampai di pangkalan truk. Phewww lega batin gw terus langsung merasa lapar.

Jadi sesampainya di sana akan banyak kita temukan penjual makanan, suvenir termasuk hotel-hotel tempat wisatawan dan warga bermalam di puncak Golden Rock. Gw sempet amazed sik ngebayangin bagaimana cerita mereka bangun hotel di puncak gunung dengan akses jalan yang ngeri-ngeri sedap begitu . Salute!

Gerbang ke Golden Rock
Kaki Terbakar Lantai
Kami berdua singgah di warung makan sebelum masuk ke area Golden Rock untuk mengisi perut setelah diobok-obok truk tadi. Harga makannya cukup murah kok per orang sekitar 30 ribu rupiah pakai daging. 

Rupanya pagoda Golden Rock itu letaknya masih jauh dari spot kita diturunkan dari truk. Jaraknya sekitar 500 meter dan kanan kiri banyak penjual. Nah warga lokal sini juga banyak menawarkan jasa tandu bagi yang malas jalan atau lansia. Lucu ya...

Jasa sewa tandu
Sebelum masuk nanti bagi turis asing ada loket pembayaran tiketnya. Turis dikenai tiket masuk 6.000 Kyat per orang alias sekitar Rp60.000.

Kami juga diminta mengisi daftar tamu menulis nama dan asal negara. Gw dan Gilang sempat baca-baca buku tamu, hari itu belum ada warga Indonesia yang datang. Paling deket cuma turis Malaysia itupun satu orang. 

Untuk turis asing, petugas loket ngasih tanda pengenal untuk dikalungkan. Warga lokal mah enggak bayar. Awalnya mau tricky pura-pura jadi warga lokal. Tapi takut tengsin ketahuan dan takut kuwalat kak. Mending bayar aja aman nyaman sejahtera negara....

Oke we got experience again. Setelah masuk gerbang pengunjung harus lepas sandal, sepatu dan kaos kaki. Nah di sinilah tantangan dan uji sakit dimulai. Secara kami tiba di sana sekitar jam 14.00 di saat matahari sangat terik dan lantai jalan menuju pagoda bagaikan penggorengan. 

Ya Tuhan, kaki berasa terbakar sementara jalan masih panjang. Kami harus berhenti beberapa kali di tempat yang sedikit terhalang sinar matahari. Lalu melanjutkan jalan sambil berlarian begitu seterusnya. Kaki ini sudah sangat perih. Dan saya salut sebagian penganut agama Budha yang datang dan jalan santai...



Mungkin mereka sudah terbiasa jalan di lantai pagoda yang panas tiap ibadah siang bolong. Lha kami? Para turis terlihat meringis menahan perihnya hidup, eh kaki, yang terbakar lantai pagoda. 

Perjuangan merengkuh pagoda sakral ini benar-benar luar biasa. Dan akhirnya Golden Rock semakin dekat dan semakin dekat dan sambil berpeluh keringat dan kaki yang serasa dirajam silet kami berhasil mendekati Golden Rock.

I were here....

I was feeling amazed by that sacred temple. Pagoda ini berbentuk dua batu bertumpuk. Sebuah batu besar yang tingginya 7 meteran menempel di batu lain yang miring menyerupai tebing. Ajaibnya batu di atasnya yang dicat emas dan diberi stupa emas itu enggak jatuh ke bawah. Batu itu seperti melawan grafitasi. 

Dari kepercayaan penduduk lokal dan legenda di Myanmar, batu itu berdiri di atas rambut Sang Budha. Makanya enggak terguling dan kokoh melawan grafitasi bumi. It was so cool...(gw penasaran sama penjelasan ilmiahnya kenapa batu itu bisa melawan grafitasi).

Di bagian lebih dekat ke pagoda ada semacam pagar pembatas. Kata soulmate gw yang orang Myanmar dulu, hanya pria yang boleh sembahyang dan menyentuh Golden Rock. Dan benar hanya pria yang boleh sembahyang dan menyentuh pagoda.


The prayers...

Biasanya penganut Agama Budha sering bermalam di pagoda ini. Malam hari mereka akan menyalakan dupa dan memberi sesembahan di bawah pagoda. Sayang kami tidak bermalam di Golden Rock jadi tidak bisa melihat ritual mereka berdoa, sembahyang termasuk melihat sunset indah di Golden Rock.

Jadi buat kalian yang mau menginap di sini jangan khawatir. Di puncak ada banyak kok hotel-hotel untuk pengunjung. Silakan di browsing via laman pemesanan hotel. 

Amazingly Golden Rock


Setelah puas menikmati keindahan keajaiban semesta di Golden Rock, kami pun memutuskan balik menuju pangkalan truk untuk kembali ke Kinpun. Sebabnya bus ke Yangon yang kami pesan akan berangkat jam 17.00. 

Kami pun menaiki satu di antara truk yang  menanti penumpang. Truk ini sistemnya begitu ada penumpang penuh lalu berangkat. Waktu menunjukkan jam 15.00. Truk kami sudah penuh. Tapi anehnya enggak jalan-jalan juga. Hampir satu jam kami menanti truk berangkat dan mulai cemas telat sampai Kinpun dan ketinggalan bus ke Yangon jam 17.00. 

Gilang dan gw mulai panik. Padahal truk di samping kanan kiri kami sudah berangkat beberapa kali. Gilang pun turun dan menanyakan dimana sopir truk kami dan kapan kami akan berangkat karena kami harus tiba sebelum jam 5 sore. Blaaaah... Mereka enggak bisa Bahasa Inggris dan tidak ada penjelasan berarti. Kami mulai tambah panik sebab sudah jam 16.00. Rupanya, bagian depan sebelah sopir belum terisi penumpang makanya belum berangkat. 

Dan akhirnya setelah ada dua orang naik truk mulai jalan. Kami tetap panik. Pikiran sudah berandai-andai jika bus sudah berangkat maka tamat riwayat kami. Padahal Sabtu pagi esoknya kami harus flight ke Bangkok pukul 08.30. Jika begitu maka Kedutaan Besar Indonesia di Myanmar adalah pilihan kami untuk curhat. Eh enggak dink untuk beliin tiket pulang kalau ketinggalan bus dan pesawat. Hahahaha... Menurut nganaaa???

Pulang yang Lelah
Akhirnya tiba juga kami di Kinpun pukul 17.00 dan kami terbirit-birit menuju pool Win Expresss yang lumayan jauh. Dan tiba di pool Win Express kami ternyata beruntung bus belum berangkat. Jadwal bus mundur ke 17.30. Ok Myanmar blessed us for many times, again. 

Tapi kami bingung. Kok busnya bukan seperti Win Express yang ada di Terminal Aung Mingalar. Kami pastikan tanya ke penjual tiket dan dia menjawab benar bus itu yang akan membawa kami ke Yangon.

Akhirnya bus mulai berangkat jam 17.30, tidak banyak penumpang. Tapi busnya lebih bagus bus ketika kami berangkat. Dan menyebalkannya, bus ini sering banget berhenti suka-suka angkut penumpang di jalan. Padahal kelas bisnis bukan ekonomi. Perjalanan pulang terasa lama karena bus kerap berhenti. 

Menyebalkannya, penumpang lokal pada makan sirih. Enggak tua enggak muda, kaum pria makan sirih di bus dan meludah di plastik yang kami pikir disediakan bagi yang bakal muntah. Ya Tuhan sudah capek, ditambah bumbu begini. Saya dan Gilang saling bertanya masa rating bus ini tinggi dan direkomendasikan traveller di forum-forum. Yakin ini? Apa ini cuma bus cadangan? Entahlah hanya sopir dan kernet itu yang tahu. 

Anehnya lagi, di perjalanan bus berhenti dan ternyata cuma buat nunggu penumpang yang numpang pipis entah di warung atau rumah penduduk. Duh dek capek deh..Sini aja nahan pipis bok....Karena sudah capek perjalanan sejak pagi, kami pun merasa perjalanan itu tak juga berujung.



Begitu sampai di terminal kami mencari taksi. Shit...calo itu menawarkan harga Rp200 an ribu ke hostel kami di pusat kota. Kami pun menawar, Rp80 ribu. 

Si calo tadi akhirnya mau kompromi. Kami bisa bayar 8.000 Kyat tapi share taksi sama satu penumpang lagi. Yasudah akhirnya dengan tiga penumpang kami diantar ke hostel. Tiba di hostel pukul 23.30 malam. Dan kami 30 jam hilang kontak dari peradaban. Tiba di hostel orang-orang berkirim pesan instan menanyakan keberadaan dan keadaan kami. Untung kami sudah bungkus nasi di terminal. Mana belum packing lagi. Sementara jam 05.00 pagi kami harus pergi ke airport ke Bangkok. 

Akhirnya acara mandi dan beberes kelar jam 02.30 pagi. Kami bangun lagi jam 04. 30 pagi menuju Yangon Airport. Dari hostel kebetulan petugas menawari kami share taksi bareng tamu lain yang akan ke airport di jam yang sama. Pas kami ngopi di rooftop sebelum berangkat ke airport datang seorang perempuan yang rupanya penumpang taksi yang sama.

Namanya Laura. Dia orang Perancis yang akan balik ke negaranya dengan pesawat jam 08.00 pagi. Dia cerita pernah ke Bali beberapa waktu lalu dan jatuh cinta dengan Bali. Kami pun bertiga naik taksi bareng sambil cerita-cerita soal Perancis sepanjang jalan. Ternyata tiba di bandara masih pukul 06.30 pagi dan kami lanjut check in, lalu cari sarapan. Well, jam 08.00 boarding gate dibuka so time to waved goodbye to Yangon and Myanamar...

Honestly i hate a goodbye...
Oke let's meet again one day and with other story..Thanks for ur warmly welcome Myanmar...U've been great... 
Kyay zu tin ba deh....;(










Komentar

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus
  2. Harrah's Las Vegas - Mapyro
    777 Harrah's Blvd, Las Vegas, NV 89109 - Use 제천 출장샵 this simple form to 영천 출장안마 find 대구광역 출장샵 hotels, motels, and other lodging near 광명 출장안마 the 밀양 출장샵 Harrah's Las Vegas Casino in Las Vegas, NV.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesona Kota Yangon: Old But Gold....

Traveling ke Bagan Myanmar: Ancient But Magnificent (Part I)